Rabu, 15 April 2015

Wisata 17 Pulau Riung,Flores,NTT

Indonesia,dari sabang sampai Merauke selalu menawarkan berjuta pesona wisata yang menakjubkan,salah satunya adalah Wisata 17 pulau Riung yang terletak di Pulau Flores NTT. berikut ulasan ke-17 pulau tersebut,,,
  1. Pulau Ontoloe (pulau terbesar) / pulau kalong
Pulau Ontoloe adalah pulau terbesar dengan cincin hutan bakau yang hijau dan bersih. Di tengah hutan bakau tersebut rumah bagi kelelawar raksasa yang hidup dalam koloni besar. Pulau Ontoloe yang berbukit-bukit dan dikelilingi hutan bakau (mangrove), merupakan pulau terbesar di kawasan Taman Laut 17 Pulau Riung. Walaupun tidak memiliki terumbu karang yang berarti, pulau ini memiliki pesona tersendiri yang tidak dimiliki oleh pulau-pulau lainnya di Taman Laut 17 Pulau Riung. Hutan bakau di Pulau Ontoloe telah lama menjadi rumah dari ribuan kelalawar, elang laut, dan monyet. Karena itulah Pulau Ontoloe disebut juga Pulau Kelelawar atau Pulau Kalong.
  1. Pulau Borong dan Pulau Taor
Pulau lainnya seperti  Borong dan Taor yang juga memiliki pasir mempesona.Bukan hanya bawah lautnya yang memesona, Anda yang belum berminat terjun ke bawah air maka dapat menyaksikan indahnya air laut yang biru muda, jernih dan riakan-riakan kecil. Tebaran pulau-pulau besar kecil di sekelilingnya merupakan suatu pemandangan yang sangat menakjubkan.
  1. Pulau Dua
  2. Pulau Batang Kolong
Pulau Batang Kolong merupakan tempat yang disinggahi penyelam yang ingin melihat mawar laut. Bunga laut ini memerah dan nyalanya begitu indah, melambai-lambai diterpa arus laut di kedalaman 10 meteran. Sebetulnya, mawar laut adalah kumpulan telur dari kelinci laut raksasa berwarna merah (Hexabranchus sanguineus) dengan ukuran 30 centimeter. Telur ini terikat oleh lendir dan mengapung-apung seperti bunga diterpa angin.
  1. Pulau Lainjawa
Pulau Lainjawa menyajikan kumpulan ikan surgeonfish atau butane dan anglefish atau ikan kambing-kambing. Di sini pun terdapat ikan napoleon dan juga belut laut raksasa yang dikisar panjangnya sampai 2 meter. Karena dulu sempat menjadi area pencarian ikan dengan bom maka masih banyak sisa terumbu mati.
  1. Pulau Besar
  2. Pulau Halima atau Pulau Nani
  3. Pulau Patta/Wongkoroe
Pulau Wongkoroe yang terletak antara Ontoloe dan Toro Padang yang menyajikan barrier reefs di bawah lautnya karena ada patahan yang melebar sejauh 10 meter. Barrier reef  Timur yang menyajikan drop diving atau penyelaman tegak merupakan bagian dari barrier reef yang ada di Riung selain barrier utara atau karang penghalang di utara. Di lokasi ini terdapat kapal yang tenggelam dan menjadi batu.
  1. Pulau Rutong/tangil
Pulau Rutong adalah pulau yang pantainya berpasir putih. Pantai putih bersih, laut bening, dan suasana yang tenang menjadi kombinasi sempurna bagi wisatawan yang ingin bersantai. Pulau Rutong atau Tangil memiliki hamparan pasir yang tak boleh dilewatkan karena lengkungnya sepeti sabit yang menyeringai di ujung pulaunya. Pemandangan di atas bukitnya yang ditumbuhi semak belukar dan rumput yang indah berwarna emas tak akan menjadi penyesalan walau kulit tercabik duri atau peluh membasahi badan saat mendaki ke atasnya.
  1. Pulau Meja
Pulau Meja atau Tembaga adalah habitat untuk acropora dan soft coral selain kipas laut raksasa yang cantik. Di atas permukaannya, pulau tembaga memiliki pasir putih menguning yang menyentuh warna biru langit dengan pesona yang luar biasa. Pulau ini merupakan salah satu surga bawah laut terindah di Taman Laut 17 Pulau Riung, dengan aneka ragam terumbu karang dan ikan hias. Pulau Meja selain bentuknya yang memang mirip meja bila dilihat dari jauh
d11.      Pulau Bampa atau Pulau Tiga. 
Pulau Tiga atau Bampa Timur adalah pulau yang menawarkan keindahan bawah laut. Di bawah laut, penyelam kembali akan melihat mawar laut yang merah menyala seperti di Batang Kolong. Naiklah ke bukit di Pulau Tiga ini karena di sana akan terhampar lautan dengan gradasi warna biru yang beraneka ragam
12.      Pulau Tanjung Toro Padang
 .Tanjung Toro Padang merupakan bagian dari Pulau Flores yang menjorok membentuk tanjung. Di bawah air terdapat taman acropora dan soft coral, sedangkan di daratannya, anda harus berkenalan dengan Varanus riungensis atau orang lokal menyebutnya biawak mbou. Torong Padang  terdapat di salah satu pulau, di mana masih ada hidup komodo-komodo kecil yang bisa dilihat pada saat tertentu dari atas kapal tentunya.
13.  Pulau Sui yang terkenal dengan tebing dan jurang bawah lautnya yang menawan. Pulau Sui disebut-sebut sebagai lokasi pembuatan video bawah laut yang ideal karena adanya jurang dan tebing bawah laut yang memesona dengan acropora yang indah.
14. Pulau Wire.
Pulau Wire adalah pulau kecil di depan kampung Oting Bajo, dimana di tepian pulau ini ditumbuhi hutan bakau yang masih luas. Walau airnya keruh, acropora masih ditemukan dan nuansa kampung berlatar hutan bakau sering menjadi objek fotografi saat sunrise.









Selasa, 14 April 2015

Wisata Budaya Megalitikum Flores





















Warisan Budaya Jaman Batu di Flores


Sebuah kampung tradisional bernama Bena telah menjadi salah satu tujuan wajib saat Anda menyambangi Pulau Flores. Di sini waktu seakan terhenti dimana kehidupan dari masa zaman batu masih dapat Anda nikmati dan resapi bersama keramahan penduduknya yang mengesankan dengan senyum di mulut dan gigi yang berwarna merah karena mengunyah sirih pinang. Nikmatilah kemewahan dan kemegahan salah satu warisan budaya Nusantara yang mengagumkan di Bena.
Bertengger dengan berporoskan pada Gunung Inerie (2245 m dpl), Kampung Bena di Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa meninggalkan jejak-jejak budaya megalit yang mengagumkan. Desa ini lokasinya hanya 18 km dari kota Bajawa di Pulau Flores. Kota Bajawa yang terletak di cekungan seperti sebuah piring yang dipagari barisan pegunungan. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan apalagi cuacanya cukup dingin, sejuk, dan berbukit-bukit, mirip seperti di kaliurang-Jogjakarta

Kehidupan di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Di sini ada 9 suku yang menghuni 45 unit rumah, yaitu: suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah. Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan pendiri kampung maka karena itu pula dinamai dengan nama Bena.

Umumnya warga suku-suku di Bena bermata pencaharian sebagai peladang dengan kebun-kebun menghijau tumbuh di sisi-sisi ngarai yang mengelilingi kampung. Untuk berkomunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Nga’dha. Hampir seluruh warga Kampung Bena memeluk agama Katolik namun tetap menjalakan kepercayaan leluhur termasuk adat dan tradisinya.

Saat ini Kampung Bena dihuni 326 jiwa dalam 120 keluarga. Akan tetapi, ikatan adat dari kampung ini lebih luas lagi karena ada ribuan jiwa lainnya yang merupakan keturunan warga Bena bermukim di luar kampung adat. Warga kampung Bena menganut sistem kekerabatan dengan mengikuti garis keturunan pihak ibu. Lelaki Bena yang menikah dengan wanita suku lain maka akan menjadi bagian dari klan istrinya. Khusus untuk wanita di Bena mereka wajib untuk memiliki keahlian menenun dengan bermotifkan kuda dan gajah sebagai ciri khasnya.

Bagi warga Bena, mereka percaya bahwa di puncak Gunung Inerie bersemayam Dewa Zeta yang melindungi mereka. Gunung Inerie setinggi 2.245 m dpl adalah gunung dengan hutan lebat di sebelah baratnya saja. Sementara itu, di lereng bagian selatannya berupa perkebunan. Bagi warga Bena Gunung Inerie dianggap sebagai hak mama (Ibu) dan Gunung Surulaki dianggap sebagai hak bapa (Ayah).

Petualang dan pendaki berdatangan ke Gunung Inerie saat musim kemarau (antara Juni hingga Agustus). Dari atas puncaknya terlihat pemandangan indah dari segala arah termasuk kota Bajawa di sebelah barat laut. Di bagian selatan terlihat birunya Laut Sawu yang menempel rapat di kaki gunung ini. Tahun 1882 dan 1970 Gunung Inerie pernah meletus dan kini meninggalkan jejak keindahan dan kemegahannya dengan bumbu tanah subur di sekilingnya. Perhatikan bagaimana ukuran batang bambu yang tergolong sangat besar tumbuh di sekitarnya gunung ini!